Tujuh Warna Pelangi Bertengkar, Seperti Apa Percakapan Mereka?


Syahdan di suatu waktu, warna-warni pengisi cakrawala dunia berselisih mengenai siapa yang terbaik diantara mereka. Tiap warna merasa merekalah yang paling penting, paling bermanfaat dan paling disukai.

Warna hijau berkata:
“Sudah jelas aku yang paling penting. Akulah simbol kehidupan dan harapan. Aku dipilih untuk rerumputan, pepohonan dan dedaunan. Tanpaku, semua mahluk hidup akan mati. Coba kalian lihat desa-desa, kalian akan menyadari semua tempat adalah aku.”

Biru menjawab:
“Yang kau bicarakan hanyalah daratan, pertimbangkan langit dan laut. Airlah yang menjadi sumber kehidupan. Langit memberikan kedamaian dan ketenangan. Tanpa ketenanganku, kalian semua tak ada.”

Kuning berujar:
“Kalian semua terlalu serius. Aku membawa keceriaan, kesegaran dan kehangatan pada dunia. Matahari bewarna kuning, bulan juga kuning, bahkan bintang-bintangpun bewarna kuning. Setiap kali kau tatap bunga matahari, seluruh dunia akan tersenyum. Tanpaku tak kan ada kegembiraan.”

Orange tak mau kalah:
“Aku adalah warna bagi kesehatan dan kekuatan. Warnaku mungkin seram, tapi begitu bernilai karena aku melayani kebutuhan umat manusia. Aku membawa vitamin-vitamin penting. Coba kalian lihat wortel, labu, orange, mangga, dan pepaya. Walaupun aku tidak hadir setiap waktu, namun ketika kupenuhi langit diwaktu matahari terbit dan terbenam, keindahanku begitu mempesona hingga tak ada seorang pun yang perduli dengan kalian.”

Merah pun tak mau tinggal diam:
“Akulah penguasa kalian semua. Akulah darah – darah kehidupan! Warnaku merupakan simbol bahaya dan keberanian. Aku siap bertempur untuk sebuah tujuan. Aku membawa panas ke dalam darah. Tanpaku, bumi mati seperti bulan. Akulah simbol cinta dan semangat.

Ungu berdiri membusungkan dada:
“Warnaku adalah simbol loyalitas dan kekuasaan. Para raja, menteri dan para penasehat memilihku karena akulah simbol kekuasaan dan kebijaksanaan. Tak ada orang yang meragukanku! Mereka dengar dan patuh.”
Akhirnya indigo berbicara, dengan nada pelan namun tetap merasa lebih baik: “Coba kalian lihat aku. Aku warna keheningan. Walaupun kalian susah melihatku, namun tanpaku kalian semua tak ada artinya. Aku melambangkan gagasan dan perenungan, rembulan dan pantulannya. Kalian membutuhkanku sebagai penerang dan keseimbangan, sebagai doa dan ketenangan batin.

Perdebatan terus terjadi, tiap warna merasa paling unggul. Keributan mereka semakin tak terkendali. Tiba-tiba sebuah kilat cahaya halilintar menerangi seluruh langit disertai dentuman gelegar. Hujan pelan-pelan menurunkan rintiknya. Dengan rasa takut dan waswas, warna-warni saling mendekat satu sama lainnya untuk mencari perlindungan.

Dalam suasana hening dan berkabut, hujan berbicara:
“Kalian warna-warna dungu, ribut satu sama lainnya, semuanya merasa paling unggul. Apakah kalian tidak tahu bahwa kalian masing-masing diciptakan secara unik, berbeda dan dengan sebuah tujuan khusus?

Gandengkan tangan kalian dan kemari.

” Mengikuti apa yang diperintahkan oleh hujan, warna-warna bersatu dan saling bergandengan. Hujan melanjutkan nasehatnya:

“Mulai saat ini, ketika hujan turun, kalian semua akan dipadukan dan dibentangkan di langit sebagai pengingat bahwa kalian semua bisa hidup rukun. Pelangi adalah simbol harapan hari esok.”

Untuk itu, dimanapun hujan menyirami bumi, dan Pelangi membentang di langit, mari kita kenang perbedaan sebagai sarana untuk saling menghormati.
Tujuh Warna Pelangi Bertengkar, Seperti Apa Percakapan Mereka? Tujuh Warna Pelangi Bertengkar, Seperti Apa Percakapan Mereka? Reviewed by Rain on 12:46 AM Rating: 5

1 comment:

Powered by Blogger.